Hetalia: Axis Powers - Liechtenstein
Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 07 Juni 2013

Kisah Legenda, Sam Pek dan Eng Tay


                Inilah Kisah Cinta Yang Sangat Dramatis,Yang Layak Dibaca Dan Diketahui.



  Pada jaman dahulu kala di negeri Cina tepatnya di propinsi Zhejiang hiduplah keluarga Zhu. Mereka termasuk keluarga kaya dan terpandang di daerah tersebut. Keluarga Zhu mempunyai seorang putri yang sangat cantik bernama Cuk Eng Tay (Zhu Ying Tai). Sebagai anak perempuan, Ying Tai tidak boleh sering keluar rumah. Hal itu selalu membuatnya bosan. Dia ingin sekali pergi bersekolah seperti anak laki-laki. Berulang kali Ying Tai membujuk ayahnya untuk mengijinkannya pergi sekolah, namun ayahnya selalu menolak dengan tegas.

  Suatu hari dia mendapat sebuah ide. Ying Tai mengurung diri di kamar dan berpura-pura sakit. Tuan Zhu yang khawatir dengan kesehatan putri tunggalnya menyetujui usul Lin Ce, pengasuh putrinya, untuk memanggil seorang peramal.
"Tuan, saya sarankan anda untuk mengirim putri anda ke sekolah di luar kota, maka dia akan sembuh," kata si peramal.
"Apa? Tidak mungkin aku mengirim anak perempuanku bersekolah. Tak ada seorang gadis pun di sana!" kata Tuan Zhu gusar.


  Tiba-tiba peramal itu menyingkap tutup kepala dan jubahnya. Tuan Zhu terkejut karena peramal itu tidak lain adalah Ying Tai.
"Ayah, kalo aku berpakaian seperti laki-laki, bolehkah aku pergi ke sekolah? Tidak akan ada yang Tahu bahwa aku seorang perempuan," bujuk Ying Tai.
Akhirnya dengan berat hati Tuan zhu mengijinkan Ying Tai untuk pergi bersekolah.

  Pada hari yang ditentukan dengan ditemani Lin Ce yang setia, Ying Tai berangkat ke sekolah Sung Yee. Tentu saja dengan menyamar sebagai laki-laki. Di tengah perjalanan Ying Tai bertemu dengan seorang pemuda yang juga akan pergi ke Sung Yee. Mereka pun berkenalan dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan bersama-sama. Pemuda itu bernama Liang Sam Pek (Liang Shan Bo) dan berasal dari Guiji. Mereka pun menjadi akrab dan berjanji untuk saling menjaga. Shan Bo menganggap Ying Tai sebagai adik dan demikian sebaliknya Ying Tai menganggap Shan Bo sebagai kakak.

  Di sekolah Ying Tai belajar dengan giat. Dia sangat bersemangat, apalagi kini dia semakin akrab dengan Shan Bo sehingga hari-harinya tidak lagi membosankan. Karena Ying Tai gadis yang serdik, tidak seorang pun mencurigai penyamarannya. Maka Shan Bo pun memperlakukan Ying Tai sebagai adik laki-laki. Padahal Ying Tai ternyata mulai menaruh hati pada Shan Bo.

  Tidak terasa bertahun-tahun Ying Tai menghabiskan harinya di Sung Yee. Selama itu dia tidak pernah sekali pun pulang menengok ayahnya. Hanya Lin Ce yang pulang pergi membawa kabar dari Ying Tai dan ayahnya. Suatu hari Lin Ce membawa surat dari rumah yang mengabarkan bahwa ayahnya sakit keras dan menyuruhnya pulang. Ying Tai bimbang, dia sangat ingin pulang menengok ayahnya namun dia juga takut sekembalinya ke rumah dia tidak akan bisa kembali ke sekolah. Itu artinya Ying Tai tidak bisa bertemu lagi dengan Shan Bo. Kepada Lin Ce dia berterus terang bahwa dia telah jatuh cinta kepada Shan Bo.

  Akhirnya Ying Tai dan Lin Ce memutuskan untuk meminta nasehat kepada guru Ying Tai. Ying Tai berterus terang bahwa dia adalah seorang gadis yang menyamar agar bisa sekolah. Untunglah beliau tidak marah. Ying Tai menitipkan sebuah bandulan kipas kepada guru untuk diberikan kepada Shan Bo.

  Dengan berat hati Shan Bo mengantar kepergian Ying Tai. Sebelum berpisah Ying Tai mencoba memberi isyarat kepada Shan Bo bahwa dia adalah seorang gadis, namun Shan Bo tidak mengerti arti isyarat Ying Tai. Akhirnya Ying Tai menyerah dan berkata bahwa dia akan menjodohkan Shan Bo dengan adiknya, maka Shan Bo harus datang menemuinya dan melamarnya.

  Setelah ditinggal Ying Tai, Shan Bo merasa kesepian. Akhirnya dia meminta ijin gurunya untuk menjenguk Ying Tai. Guru Sung Yee lalu memberikan bandulan kipas dari Ying Tai kepada Shan Bo dan memberitahukannya bahwa Ying Tai sebenarnya adalah seorang gadis. Shan Bo terkejut mendengarnya. Akhirnya dia mengerti bahwa sebenarnya Ying Tai ingin agar Shan Bo melamar Ying Tai dan bukan adiknya. Dengan hati berbunga-bunga Shan Bo pun berpamitan dan langsung memacu kudanya ke rumah Ying Tai.


  Sementara itu Tuan Zhu bermaksud menjodohkan Ying Tai dengan anak keluarga kaya dan berkuasa bernama Ma Wen Cai. Tentu saja Ying Tai menolaknya dan berterus terang bahwa dia sudah memiliki seorang kekasih yang akan segera melamarnya. Tuan Zhu sangat marah mendengarnya. Dia tetap memaksa Ying Tai untuk menerima lamaran Ma Wen Cai dan mengancam akan membunuh Shan Bo jika Ying Tai berani menolaknya. Maka Ying Tai pun hanya bisa menangis sedih mendengar keputusan ayahnya.

  Beberapa hari kemudian Shan Bo sampai di rumah Ying Tai. Setelah memohon pada ayahnya, akhirnya Ying Tai bisa menemui Shan Bo. Mereka sangat bahagia bisa bertemu lagi. Namun Ying Tai juga bersedih karena ini adalah terakhir kalinya dia bisa menemui Shan Bo. Ketika Shan Bo mengutarakan niatnya untuk mempersunting Ying Tai, Ying Tai pun tak kuasa menahan air matanya.
"Kenapa kau kelihatan menangis, adik Ying Tai? Apakah kau tidak suka aku melamarmu?" tanya Shan Bo.
"Aku bahagia kakak Shan Bo. Tapi... ayahku telah menjodohkanku dengan pria lain dan aku tidak bisa menolaknya. Maafkan aku kakak!" tangis Ying Tai.

Shan Bo sangat marah mendengarnya. Dia pikir Ying Tai sudah melupakannya dan tidak ingin menjadi istrinya.
"Jadi kau lebih memilih menjadi istri orang kaya itu daripada aku yang miskin?" kata Shan Bo dengan marah.
"Bukan begitu kakak Shan Bo, ini adalah keinginan ayah dan aku tidak kuasa menolaknya. Mengertilah kakak! Meski aku harus menikah dengan orang lain, cintaku hanya untuk kakak seorang," isak Ying Tai.

Shan Bo tidak mau mendengar perkataan Ying Tai, dengan sedih dia memacu kudanya pulang ke rumahnya. Shan Bo kehilangan semangat hidupnya. Maka dia pun menghabiskan waktunya dengan minum banyak arak hingga lupa makan, lupa tidur. Akhirnya Shan Bo pun jatuh sakit. Semakin hari sakitnya semakin parah. Shan Bo pun tidak mau berobat. Baginya hidup sudah tidak berarti lagi.

Ibu Shan Bo sangat sedih melihat keadaan putranya. Maka dengan berlinang air mata dia pergi ke rumah Ying Tai dan memohon kepada Tuan Zhu supaya mengijinkan Ying Tai menemui Shan Bo untuk terakhir kalinya. Namun Tuan Zhu menolaknya. Dengan hati sedih Ying Tai hanya bisa menitipkan sebuah bingkisan berisi puisi-puisi cinta dan segumpal rambutnya.

Shan Bo semakin sedih dan semakin tidak bergairah untuk sembuh. Suatu hari ketika sakitnya semakin parah, dia berpesan kepada ibunya bahwa jika ia meninggal dia ingin dikuburkan di jalan yang akan dilalui oleh iring-iringan pengantin Ying Tai. Beberapa saat kemudian Shan Bo pun menghembuskan nafas terakhirnya.

Ying Tai pun berduka mendengar kematian kekasihnya. Dia menangis sepanjang hari dan meratapi nasib yang tidak menyatukannya dengan kekasih yang dicintainya.

Tuan Zhu sangat khawatir melihat keadaaan putrinya, maka dia meminta supaya tanggal pernikahan putrinya dipercepat.

Ying Tai lalu memohon kepada ayahnya supaya diijinkan untuk turun sebentar dari tandu pengantin dan mengunjungi makam Shan Bo untuk memberi penghormatan terakhir. Meski tidak setuju tapi akhirnya Tuan Zhu dan keluarga Ma memberi ijin.

Maka ketika iringan pengantin Ying Tai tiba di makam Shan Bo. Ying Tai turun dari tandu dan berlutut di makam kekasihnya. Dengan menangis sedih dia berkata: "Kakak Shan Bo percayalah bahwa cintaku hanya untukmu. Aku tidak ingin menikah dengan orang lain. Jika kakak mendengarku, bawalah aku pergi bersama kakak!"


  Mendadak angin bertiup sangat kencang dan hujan pun turun dengan derasnya. Di tengah suara petir yang menggelegar tiba-tiba makam Shan Bo terbelah dua dan muncul lah lubang menganga di depan Ying Tai. Tanpa pikir panjang Ying Tai pun terjun ke dalam lubang tersebut tanpa sempat dicegah oleh para pengiringnya. Kemudian makam tersebut kembali menutup dan Ying Tai pun menghilang.


  Suasana kembali cerah seperti tidak pernah ada kejadian apapun. Tinggallah para pengiring yang masih terkejut dengan kejadian tersebut. Hanya Lin Ce yang menangis meratapi kepergian majikannya. Tiba-tiba dari balik makam, muncullah sepasang kupu-kupu yang cantik. Mereka berputar-putar sebentar di kepala Lin Ce sebelum akhirnya terbang jauh dengan gembira. Lin Ce yakin bahwa kupu-kupu itu adalah penjelmaan roh majikannya yang telah bersatu dengan kekasihnya. 






Dari cerita ini kita mendapatkan banyak edukasi.
Kita sebagai manusia tidak bisa memaksa kehendak orang lain untuk mengikuti keinginan kita.
Ini layak dibaca dan ditonton.
Kesetiaan sepasang kekasih Liang Shan Bo dan Zhu Ying Tai membuat air mata saya jatuh dan luka dihati.



2 komentar:

 

Blogger news

My Signature

About